Jalan panjang berliku telah ia tempuh..
Gelap, curam, bebas..
Sang lugu haru, datang dr kota gemerlap cahaya..
Sesaat terbawa arus namun ia terlalu tangguh tuk dapat ditenggelamkan bebas..
Sedaya upaya ia dirikan benteng..
Suara-suara setan tidak pernah sepi, seketika ia bisa saja tertarik masuk dalam dunia api, namun ia tidak..
Mata-mata yang menginginkannya silih berganti, namun ia mendongak angkuh dan bertahan dibalik benteng yang ia dirikan sendiri..
Tetapi ingat, ia adalah anak hawa, sempat juga ia terbujuk rayuan setan..
Namun, bukan berarti benteng yang ia pertahankan kemudian roboh luluh lantah, hanya saja kerna ia sedikit lengah sehingga setan mampu menerobos bentengnya..
Sang lugu angkuh yang telah berjuang sendiri telah merasa kalah, walau bagi lian itu biasa..
Sadar bahwa ia tidak sadar telah dibujuk rayu..
Dimanfaatkan kesenderiannya ditempat yang baru ia jejaki, hingga sadar tak sadar ia telah tertipu walau sebenarnya tidak ditipu, ia hanya diinginkan..
Namun, ia bukanlah yang mudah dirobohkan, sadar bentengnya masih lemah, lantas gegas ia tegak memperkuatnya dengan sedaya upaya..
Ia selalu sadar ia bukanlah yang terkuat, ia selalu takut menghadapi jalan gelap, curam, bebas berliku..
Olehnya, ia membangun bentengnya sendiri sedaya upaya..
Ia sadar ia bukanlah yang tersuci, termurni, terbersih..
Namun, pantaskah ia di caci sedang selama ini ia telah sedaya upaya membangun benteng kehormatannya sendiri..
Mengalahkan puluhan atau ratusan mata yang menginginkannya..
Mengalahkan suara-suara setan yang menawarkan gemerlap dunia fana..
Ia merasa sendiri tapi tak takut sendiri, kawan-kawannya telah terbawa arus dan tenggelam dalam gemerlap dunia fana..
Namun, kerna ia telah dan pernah dipandang berpasang-pasang mata, pernah hampir dirobohkan bentengnya, lantas ia dianggap sebagai yang telah tenggelam dalam dunia fana jua kemudian pantas untuk dicela..
Ya, mungkin ia memang pantas, kerna mungkin menjaga benteng kehormatan anak hawa ditengah gemerlap dunia fana, dianggap mudah..
Tapi ia tetap tersenyum, kerna ia percaya, usahanya tidak akan sia-sia..
Ia percaya suatu hari cerah akan ada seseorang yang mampu mengetahui betapa kerasnya ia berjuang tuk mempertahankan benteng kehormatannya..
Gelap, curam, bebas..
Sang lugu haru, datang dr kota gemerlap cahaya..
Sesaat terbawa arus namun ia terlalu tangguh tuk dapat ditenggelamkan bebas..
Sedaya upaya ia dirikan benteng..
Suara-suara setan tidak pernah sepi, seketika ia bisa saja tertarik masuk dalam dunia api, namun ia tidak..
Mata-mata yang menginginkannya silih berganti, namun ia mendongak angkuh dan bertahan dibalik benteng yang ia dirikan sendiri..
Tetapi ingat, ia adalah anak hawa, sempat juga ia terbujuk rayuan setan..
Namun, bukan berarti benteng yang ia pertahankan kemudian roboh luluh lantah, hanya saja kerna ia sedikit lengah sehingga setan mampu menerobos bentengnya..
Sang lugu angkuh yang telah berjuang sendiri telah merasa kalah, walau bagi lian itu biasa..
Sadar bahwa ia tidak sadar telah dibujuk rayu..
Dimanfaatkan kesenderiannya ditempat yang baru ia jejaki, hingga sadar tak sadar ia telah tertipu walau sebenarnya tidak ditipu, ia hanya diinginkan..
Namun, ia bukanlah yang mudah dirobohkan, sadar bentengnya masih lemah, lantas gegas ia tegak memperkuatnya dengan sedaya upaya..
Ia selalu sadar ia bukanlah yang terkuat, ia selalu takut menghadapi jalan gelap, curam, bebas berliku..
Olehnya, ia membangun bentengnya sendiri sedaya upaya..
Ia sadar ia bukanlah yang tersuci, termurni, terbersih..
Namun, pantaskah ia di caci sedang selama ini ia telah sedaya upaya membangun benteng kehormatannya sendiri..
Mengalahkan puluhan atau ratusan mata yang menginginkannya..
Mengalahkan suara-suara setan yang menawarkan gemerlap dunia fana..
Ia merasa sendiri tapi tak takut sendiri, kawan-kawannya telah terbawa arus dan tenggelam dalam gemerlap dunia fana..
Namun, kerna ia telah dan pernah dipandang berpasang-pasang mata, pernah hampir dirobohkan bentengnya, lantas ia dianggap sebagai yang telah tenggelam dalam dunia fana jua kemudian pantas untuk dicela..
Ya, mungkin ia memang pantas, kerna mungkin menjaga benteng kehormatan anak hawa ditengah gemerlap dunia fana, dianggap mudah..
Tapi ia tetap tersenyum, kerna ia percaya, usahanya tidak akan sia-sia..
Ia percaya suatu hari cerah akan ada seseorang yang mampu mengetahui betapa kerasnya ia berjuang tuk mempertahankan benteng kehormatannya..