Sabtu, 07 November 2015

Bertahan

Jalan panjang berliku telah ia tempuh..
Gelap, curam, bebas..
Sang lugu haru, datang dr kota gemerlap cahaya..
Sesaat terbawa arus namun ia terlalu tangguh tuk dapat ditenggelamkan bebas..
Sedaya upaya ia dirikan benteng..
Suara-suara setan tidak pernah sepi, seketika ia bisa saja tertarik masuk dalam dunia api, namun ia tidak..
Mata-mata yang menginginkannya silih berganti, namun ia mendongak angkuh dan bertahan dibalik benteng yang ia dirikan sendiri..
Tetapi ingat, ia adalah anak hawa, sempat juga ia terbujuk rayuan setan..
Namun, bukan berarti benteng yang ia pertahankan kemudian roboh luluh lantah, hanya saja kerna ia sedikit lengah sehingga setan mampu menerobos bentengnya..
Sang lugu angkuh yang telah berjuang sendiri telah merasa kalah, walau bagi lian itu biasa..
Sadar bahwa ia tidak sadar telah dibujuk rayu..
Dimanfaatkan kesenderiannya ditempat yang baru ia jejaki, hingga sadar tak sadar ia telah tertipu walau sebenarnya tidak ditipu, ia hanya diinginkan..
Namun, ia bukanlah yang mudah dirobohkan, sadar bentengnya masih lemah, lantas gegas ia tegak memperkuatnya dengan sedaya upaya..
Ia selalu sadar ia bukanlah yang terkuat, ia selalu takut menghadapi jalan gelap, curam, bebas berliku..
Olehnya, ia membangun bentengnya sendiri sedaya upaya..
Ia sadar ia bukanlah yang tersuci, termurni, terbersih..
Namun, pantaskah ia di caci sedang selama ini ia telah sedaya upaya membangun benteng kehormatannya sendiri..
Mengalahkan puluhan atau ratusan mata yang menginginkannya..
Mengalahkan suara-suara setan yang menawarkan gemerlap dunia fana..
Ia merasa sendiri tapi tak takut sendiri, kawan-kawannya telah terbawa arus dan tenggelam dalam gemerlap dunia fana..
Namun, kerna ia telah dan pernah dipandang berpasang-pasang mata, pernah hampir dirobohkan bentengnya, lantas ia dianggap sebagai yang telah tenggelam dalam dunia fana jua kemudian pantas untuk dicela..
Ya, mungkin ia memang pantas, kerna mungkin menjaga benteng kehormatan anak hawa ditengah gemerlap dunia fana, dianggap mudah..
Tapi ia tetap tersenyum, kerna ia percaya, usahanya tidak akan sia-sia..
Ia percaya suatu hari cerah akan ada seseorang yang mampu mengetahui betapa kerasnya ia berjuang tuk mempertahankan benteng kehormatannya..

Jumat, 16 Oktober 2015

Fajar Bersama "Mu"

Menapaki fajar diatas bukit
Menahan dingin yang menusuk
Menyeka bibir yang bergetar
Tak peduli lagi dengan semua itu
Terhasut angan tuk memandang keindahan dibalik awan
Yang lebih indah dari yang terindah
Yang lebih anggun dari yang teranggun
Yang mampu melebur kesakitan hari-hari sebelumnya
Yang menjadikan kerasnya es mencair, menetes, mengalir

Menapaki fajar diatas bukit
Menuju Ukir dibawah lereng Buthak
Melewati berjuta lekuk tanah diantara tebing-tebing dan dedaunan hijau
Aku tersenyum, bersyukur, melihat ke'anggun'an ini, ke'agung'an ini
Aku rasa, tidak hanya aku
Surya yang masih malu-malu untuk menampakkan dirinya pun ikut tersenyum
Surya yang masih malu-malu untuk menampakkan dirinya pun ikut bersyukur

Bersyukur,
Alam ini masih terjaga
Hati ini masih terjaga

Fajar bersama "Mu"
Sebuah awal kisahku bersama "Mu"

Sirah Kencong, 10.10.15

Selasa, 13 Oktober 2015

Dromology: Paul Virilio Studi Kasus "Skype" Sebagai Aplikasi Pelebur Jarak

PENDAHULUAN

1.  Latar Belakang
Perkembangan teknologi menjadikan segala bentuk interaksi sosial menjadi lebih mudah, murah, dan efisien. Secara sadar maupun tidak, keseluruhan dari aktivitas kehidupan manusia telah dikuasai bahkan dikontrol oleh industri. Industri-industri tersebut menawarkan berbagai macam teknologi yang  seolah sebagai pemenuh kebutuhan hidup manusia. Bahkan, manusia-manusia yang tidak kritis, tidak memiliki tindakan komunikatif, terus mengkonsumsi produksi-produksi teknologi yang terus berkembang dan selalu memiliki pembaharuan dengan senang dan tanpa tekanan. Namun begitu, hal tersebut tidak melulu ditolak oleh masyarakat non kritis bahkan kritis, karena teknologi-teknologi semacam itu tidak dipungkiri terdapat nilai fungsi didalamnya, yang pada saat ini memang dibutuhkan bagi masyarakat untuk menggunakan teknologi tersebut untuk mempermudah aktivitas-aktivitas sehari-hari.
Skype, merupakan aplikasi media baru yang menyediakan layanan panggilan video untuk berkomunikasi dengan orang yang bahkan posisinya jauh antara satu dengan yang lainnya. Selain video call, skype mampu menyimpan kontak dan mengirim pesan kepada sesama pengguna. Produk teknologi ini bahkan sudah masuk ke dalam bagian Institusi Pendidikan guna untuk mempermudah proses interview apabila interviewer dan interviewing tidak berada pada tempat yang sama. Tidak hanya dalam Institusi Pendidikan, dalam dunia kerjapun, aplikasi ini juga menjadi sebuah aplikasi yang sangat fungsional sehingga perusahaan tidak bisa lepas dari adanya aplikasi ini. Selain itu, individu pengguna lainnya pun turut merasakan manfaatnya.
Lantas, apakah aplikasi ini akan mempengaruhi faktor interaksi sosial, hal ini jelas berpengaruh. Karena dengan adanya aplikasi ini, proses interakasi sosial menjadi singkat, tidak ada jarak bahkan hilang digantikan dengan interaksi yang termediasi oleh aplikasi ini. Proses yang mempercepat segala bentuk interaksi sosial ini disebut sebagai dromologi. Istilah dromologi dikenalkan oleh Paul Virilio, teoritisi sosial kebangsaan Prancis yang dikenal sebagai pemikir ulung.

2. Rumusan Masalah
Aplikasi skype telah mengubah interkasi sosial antar masyarakat karena fungsi dari layanan aplikasi tersebut dianggap bermanfaat dan mempercepat serta mempermudah suatu pekerjaan, apakah fungsi dari aplikasi ini memang sangat fungsional dan hal apa dalam kehidupan sehari-hari yang paling berpengaruh bagi pengguna skype.

3. Tujuan
Bagi pengguna skype, aplikasi ini sangat bermanfaat, namun secara tidak sadar, masyarakat telah kehilangan interaksi sosial secara langsung denga masyarakat lainyya. Aplikasi skype yang fungsional, meleburkan jarak. Bagaimana jarak tersbut bisa melebur akan dibahas pada pembahasan berikut ini.


PEMBAHASAN
Dromologi merupakan teori yang berhubungan dengan proses kecepatan baik itu komunikasi, transportasi, telekomunikasi, komputerisasi, dan lainnya yang menggunakan teknologi sebagai alat penggeraknya. Dimensi spasial menjadi tidak dapat dipisahkan dari kecepatana transmisi (Virilio, 1991a:14). Maksud Virilio bahwa dimensi spasial tidak dapat dipisahkan dari kecepatan transmisi adalah, ruang dan waktu menjadi tidak dapat dibedakan lagi. Jarak menjadi tidak ada bahkan lebur.
Skype, merupakan aplikasi yang memberikan layanan video call dan dapat digunakan siapa saja. Skype merupakan bagian dari Microsoft, perusahaan yang memproduksi perangkat lunak untuk alat-alat teknologi canggih seperti laptop, sebagai alat pembantu mempermudah urusan manusia dalam mngerjakan berbagai aktivitas. Sehingga, manusia pun tidak bisa lepas dari alat-alat ini. Perusahaan yang memproduksi aplikasi ini mengatakan bahwa, “Bersama kami akan membawa teknologi inovatif kepada teman, keluarga, dan kolega dimanapun. Kami akan menghubungkan lebih banyak orang dengan lebih banyak cara yang mengubah dan meningkatkan kehidupan mereka. Dan ini merupakan awal”. Tujuan yang dilontarkan oleh perusahaan untuk produk ini sangat jelas bahwa aplikasi ini dimaksudkan untuk mengubah jarak, mempersempit bahkan menghilangkannya. Aplikasi ini dirancang untuk mempermudah manusia melakukan interaksi dengan manusia lain yang berbeda ruang dan waktu. Menyatukan yang terpisah, mendekatkan yang jauh, menciptkan ruang sendiri untuk melakukan suatu aktivitas misalkan belajar bahasa, melakukan pekerjaan, dan kegiatan sehari-hari lainnya.

Foto: ict-enterprise.id

Pengalaman pribadi menggunakan skype, membuat saya dapat merasakan manfaat dari aplikasi ini. Sadar bahwa realitas telah dileburkan dengan adanya aplikasi ini, namun saya tetap menggunakannya karena ada nilai fungsi disitu yang menurut sangat mempermudah saya dalam melakukan kegiatan seperti halnya wawancara untuk masuk ke perguruan tinggi di luar negeri. Saya, beberapa bulan lalu mendaftar di Universitas di Jepang untuk sebagai kandidat master student dalam bidang desain. Untuk bisa masuk ke universitas tersebut, saya harus melakukan serangkaian proses seleksi administrasi dan wawancara dengan professor bidang. Proses wawancara merupakan penentu apakah saya layak diterima atau tidak. Namun, karena terpisah oleh waktu dan ruang yang sangat jauh, saya di Indonesia sedangkan professor di Jepang. Maka, aplikasi skype menjadi juara untuk dapat meleburkan jarak antara saya dan professor. Proses wawancara langsung telah termediasi oleh aplikasi skype dan berjalan lancar.
Selain contoh diatas, sebagai aplikasi yang digunakan dalam aspek pendidikan. Skype juga berperan dalam aspek lainya, dan berpengaruh terhadapa perubahan interaksi sosial masyarakat yang awalnya asing, berjarak, dan bersifat tradisional/manual. Dulu, seseorang harus mengirim surat dulu kemudian baru bisa bertemu untuk dapat saling mngenal bahkan memeah rindu. Namun kini telah berbeda, hanya dengan aplikasi ini, kita dapat berinteraksi dengan orang-orang yang jaug secara langsung, kita dapat melihat segala gerak dan expresi wajahnya melaui video call, dapat melakukan percakapan layaknya bertemu face to face, tidak hanya itu namun juga dapat memberikan umpan balik.
Dari contoh pengalaman pribadi ini, saya merasakan bahwa kecanggihan teknologi melalui melalui media dan aplikasi-aplikasi yang dicitakannya benar-benar telah meleburkan jarak yang realitasnya tidak dapat ditempuh dengan waktu yang singkat, namun yang terjadi karena adanya perkembangan teknologi ini waktu dan ruang menjadi padat, tidak tampak lagi batasanya. Proses menjadi cepat, dan hal inilah yang disebut dengan dromologi.

SIMPULAN
Dromologi adalah istilah untuk menjelaskan keadaan atau ilmu tentang kecepatan dalam berbagai fenomena kehidupan. Berkembangnya dromologi menjadi sebuah identitas kebudayaan baru tak dapat dipungkiri telah melahirkan berbagai perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Interaksi sosial manusia tidak lagi berjalan normal dan ilmiah, namun telah termediasi oleh media, menjadikan ruang dan waktu melebur. Jarak menjadi lebur, hilang, lenyap. Tidak dapat dibedakan lagi anatara keduanya, semua berjalan begitu singkat. Produk-produk tradisional yang lahir berdasarkan adat, kebudayaan, dan kolektivitas masyarakat tersingkap oleh produk-produk modernisme seperti galnya aplikasi skype yang memudahkan proses komunikasi antar orang yang jaraknya terpisah jauh, dengan mengguakan aplikasi ini, jarak menjadi tidak ada lagi, kedekatan antar sesame manusia tidak perlu lagi dijalin melalui interaksi sosial ilmiah, yang harus bertemu dan melakukan perjalanan panjang menuju ruang dan waktu.

DAFTAR REFERENSI
George Ritze. 2003. The Posmodern Social Theory. DIterjemahkan oleh: Muhammad Taufik. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
www.skype.com, diakses pada 11 Oktober 2015

Rabu, 19 Agustus 2015

Sebuah Rencana


Tidak semua rencana yang kita buat akan berjalan lancar. Tergantung dengan apa yang kita rencanakan dan siapa yang ada dalam rencana kita, juga tergantung Ridho Allah dan Orang Tua. Maka, sebagai suatu pelajaran yang bernilai, sebuah rencana gagal akan membuat kita berfikir ulang tuk memperbaiki semuanya. 

Begitupun dengan aku, beberapa rencana dalam hidupku gagal ku gapai di waktu yang tepat. Jika ditanya mengapa tentunya banyak sekali alasannya. Salah satunya adalah tergantung dengan siapa kita merencanakan sesuatu. Bagiku, seseorang yang ada dalam rencana kita sangatlah berpengaruh terhadap kelancaran proses menuju goal yang kita rancang. Maka, buatlah rencana dengan seseorang yang tepat, seseorang yang memiliki visi dan misi yang sama dengan kita. Jikalau pun itu berbeda tidak apalah, asalkan tidak begitu jauh perbedannya dan dapat saling melengkapi, tidak egois satu sama lain dan sama-sama fokus berjuang pada rencana yang sama. Apapun itu, baik rencana hidup ataupun rencana dalam membentuk bisnis haruslah dikerjakan dengan seseorang yang memiliki tujuan yang sama agar mudah dalam menggapai goal

Bagiku, seseorang yang terlalu memiliki banyak rencana namun hanya diam adalah nonsense, begitu juga dengan orang yang telah diajak merangkai sebuah rencana namun hanya menunggu untuk diberi kode, aba-aba, atau perintah selanjutnya adalah nonsense. Aku tidak punya banyak waktu, sedangkan waktu terus berjalan, aku tidak mau waktuku terbuang sia-sia hanya untuk berbicara atau membuat rencana dengan orang-orang yang lambat, tidak tanggap, kebanyakan teori dan hanya pandai menjanjikan sebuah rangkaian kata. Hidup ini realistis, bukan imajinatif. Agh orang-orang semacam ini hanya akan menghabiskan waktuku saja. Maka, sekali lagi, buatlah rencana dengan seseorang yang tepat, seseorang yang memiliki visi dan misi yang sama dengan kita juga seseorang yang aktif, tidak harus menunggu perintah, tidak penakut, inisiatif, dan bertanggung jawab atas segala yang ia sepakati.

Aku, adalah gadis dengan usia yang sudah mulai menginjak dewasa, tidak remaja lagi. Usiaku 23 tahun lebih 4 bulan. Harusnya aku sudah menikah pada usiaku yang ke 22 tahun, tepatnya tahun lalu. Namun, itulah tadi, jika tidak direncanakan dengan orang yang tepat, maka semua tidak akan berjalan di waktu yang tepat. Semua berakhir karena visi misi yang berbeda. Tetapi, Life Must Go On. Setelah gagal, maka buat dan perbaikilah rencana selanjutnya, jangan lupa berdo'a pada Tuhan agar senantiasa diberikan pilihan terbaik dan kelancaran terhadap segala sesuatu yang kita jalankan.

Selain perkara menikah, perkara lain seperti rencana lulus S1 di Usia 21 tahun, lanjut kuliah S2 di usia 21 dan lulus di usia 23 tahun juga telah aku rancang. Namun, semua rencana yang kita rancang tidaklah selancar dan semudah pada saat kita menulis dan merangkainya. Benar memang pada usiaku yang ke 21 aku telah berhasil mendapatkan gelar sarjana. Namun, untuk bisa melanjutkan lagi S2 ternyata tidak mudah, salah satunya adalah terkendala masalah biaya pendidikan yang sangat besar jumlahnya. Sebab itu, aku juga membuat rencana untuk mendaftar sebuah program beasiswa yang disebut LPDP dari pemerintah Indonesia, dan Segala Puji Bagi Tuhan, setelah mengikuti berbagai serangkaian seleksi, aku dinyatakan lolos sebagai penerima beasiswa untuk program master. Akan tetapi, aku tidak bisa langsung kuliah, sebab aku harus mengikuti pelatihan terlebih dahulu selama satu semester (6 bulan), barulah aku bisa melaksanakan proses pendaftaran S2 di Universitas dan Jurusanku yang hanya di buka satu tahun sekali. Jika terlewat tahun lalu, aku harus menunggu daftar di tahun ini, dan kebetulan hari ini adalah hari yang ku nanti yaitu hari pengumuman kelulusan. Alhamdulillah aku lulus. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan yang telah meridhohi semua impianku ini, aku benar-benar telah menjadi Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Jurusan Kajian Budaya & Media. Alhamdulillah. (Sujud Syukur, Peluk Ortu)

Jadi, semua rencana yang kita buat tidak selamanya berjalan dengan lancar. Namun, itu semua janganlah membuat kita untuk berhenti merangkai sebuah rencana. Jika tidak sekarang, pasti ada waktu lain yang lebih tepat untuk kita. Semua ada hikmahnya, asalkan kita tidak berhenti berdo'a dan berusaha mewujudkan rangkaian mimpi-mimpi kita. Sungguh hari yang melegakan bagiku juga teman-temanku seperjuangan. Mungkin 23 tahun ku ini memang lebih tepat untuk memulai belajar lagi mengenai segalanya. Terimkasih Tuhanku ^_^ 

Selasa, 28 Juli 2015

Bye, Sakura di Kitakyushi-Shi


jadi inilah hidup,
ada banyak jalan namun hanya ada satu yang terbaik untuk kita
walaupun telah berupaya sepayah mungkin namun pada akhirnya tidak sampai jua
bukan berarti itu kegagalan, karena gagal adalah untuk yang tidak berusaha
jadi inilah hidup,
tetaplah semangat dan tempuh jalan terbaik yang telah dipilhkan untuk kita
walaupun rasa kecewa ada, tapi jangan sampai terbesit kata putus asa
jadi inilah hidup,
jika bukan sekarang, mungkin nanti aku akan menuntut ilmu ke negrimu, sakura
mau bagaimana lagi, walau negrimu telah menerimaku bahkan telah menyiapkan tempat untukku, tapi apa dayaku jika negeriku tidak mengijinkanku
jadi inilah hidup,
ketika surat dari negerimu datang untuk memanggilku, segera aku putuskan untuk menyimpannya sebagai kenangan, sebagai pengalaman
kuhaturkan segala maaf untuk negrimu dan ku harap engkau memaafkanku

Rabu, 22 Juli 2015

Pancasila Sila Ke-5


Negeri ini sudah merdeka, benarkah ?
Merdeka dalam artian yang bagaimana jika rakyat di sudut sana masih ada yang menganggur, merdeka yang bagaimana jika hak pendidikan atas anak-anak yang katanya sebagai penerus bangsa masih ada yang belum terpenuhi.

Pancasila dasar negara ...
Rakyat adil makmur sentosa ...

Ah itu hanyalah sebuah lagu, buktinya masih banyak rakyat yang belum mendapatkan keadilan, belum makmur dan sentosa.

Tapi, ini semua tidaklah terlambat, sebagai generasi penerus bangsa, kita tidak boleh hanya pandai mengkritisi namun juga harus bertindak bersama tuk membangun bangsa.

Melalui sebuah karya kecil ini, ku persembahkan untukmu bangsaku, semoga dapat dijadikan inspirasi ^_^
https://www.youtube.com/watch?v=iMfMrEFq0dk

Sabtu, 18 Juli 2015

Idul Fitri 1436 H

Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar...
Laa... ilaa... haillallah... huallahhu... akbar...
Allahu akbar... Walillaahilhamdu...

Malam 17 Juli 2015, 
Selepas Jama'ah Sholat Isya' turun dari masjid dan Mushola, takbir berkumandang dengan merdunya, saling bersahutan antara masjid satu dengan masjid yang lainnya. Bunyi bedug dan arak-arakan obor menambah kesan khidmatnya malam Idul Fitri. Ibu-ibu sibuk menyiapkan kue-kue untuk dihidangkan kepada tamu di meja, anak-anak perempuan sibuk membantu ibunya dan anak laki-laki ikut bapaknya ke masjid atau arak-arakan obor takbiran.


Hari mulai larut namun semakin ramai orang-orang bertakbiran. Semua keluargaku telah kembali ke rumah, saatnya berkumpul dan menikmati malam Idul Fitri dirumah dengan makan-makan dan bercerita, untuk maaf-maafan biasa kami lakukan esok harinya selepas Sholat Ied.

Aku menangis, kedua rasa dalam hatiku muncul sekaligus. Senang dan sedih. Senang kerana aku dan keluargaku tercinta masih diberikan kesempatan oleh Allah untuk bisa berkumpul dan saling memohon maaf. Bercerita dan bersenda gurau, dengan mata berkaca-kaca aku memandangi mereka satu per satu. Tawa mereka sungguh membuat hatiku bahagia, namun juga sedih kerana aku tahu bahwa tawa ini tak selamanya ada menghiasi rumah ini, atau malah tawa mereka akan selalu ada namun aku yang tidak akan pernah bisa melihatnya lagi kerana Allah memanggilku pulang. Rasa ini sungguh berkecamuk, ku lihat wajah Ayah dan Ibuku, dalam tawanya aku melihat kerutan di wajahnya, mereka sudah mulai menua Tuhan, sungguh aku ingin menjaga mereka seperti mereka menjagaku ketika aku masih kecil. Kulihat wajah adik-adikku, ada yang sudah besar ada yang masih kecil, ku tatap wajah adikku yang peling kecil, riang sekali ia bermain dengan mainan barunya, aku tertawa sambil menangis melihatnya. Aku ingin menjaga adikku hingga ia dewasa dan menjadi seorang yang teguh agamanya. Tersadar bahwa aku menangis, keluargaku melihatku dan memelukku. Mereka sudah tahu apa yang aku rasakan tanpa harus bertanya karena aku berbeda.

Aku tidak tahu kapan aku akan pulang, yang aku tahu semua orang akan pulang dan kembali pada Allah. Dalam pelukan mereka aku menangis tersedu-sedu, aku berkata aku menyayangi mereka, aku ingin terus berada bersama mereka, aku ingin bisa merawat ayah ibu, menjaga adik-adik, aku ingin menikah dan punya anak, aku ingin bisa melahirkan anak dan membesarkannya. Itu yang terus ku ucapkan lirih sambil tersedu-sedu. Mereka menitihkan air mata, terutama ibuku, ia selalu menangis ketika anaknya menangis. Namun, ayahku adalah seorang yang pandai menyembunyikan perasaan sedihnya dan ai matanya, tapi ia pun menangis malam ini. Setelah beberapa saat, semua terdiam, aku pun terdiam. Setelah tenang aku mulai berbicara lagi, "Sungguh aku tidak ingin Idul Fitri tahun ini menjadi terakhir dalam hidupku, namun begitu ayah, ibu, dan adik-adikku sayang, tak perlulah kalian bersedih jika waktuku tiba, semua yang hidup pasti akan kembali padaNya, hanya saja waktu dan caranya berbeda-beda, saat ini aku masih bisa beraktivitas dan melakukan banyak hal, maka akan kulanjutkan hidupku sesuai rencanaku". Kemudian, satu per satu wajah mereka tersenyum, dan kita kembali berbincang-bincang seperti semula, melupakan sejenak tentang yang ku alami, walau ku tahu dibalik senyumnya masih tersimpan getir, namun tertutup sempurna.


Gelap semakin gelap,
namun suara takbir terus berkumandang, satu per satu keluargaku masuk kamar untuk beristirahat, begitupun dengan aku. Aku masuk kamar, ku tutup pintu kamarku dan kumatikan lampunya, aku duduk bersandar di sandaran tempat tidur sambil memeluk bantal erat-erat, aku kembali menangis tersedu-sedu. Kali ini aku bukan menangis untuk diriku sendiri dan keluargaku, namun aku menangis karena mengingat saudara-saudaraku sesama muslim di luar sana, yang tak berumah, yang tak ber-ayah dan ber-ibu, yang sampai malam ini masih berjalan dengan kaki tanpa alas menyusuri jalan yang entah mereka tidak tahu kemana arah dan tujuannya, tak punya sesiapa, sanak saudara keluarga. Aku menangis sejadi-jadinya, mengingat bahwa inilah hidup, inilah kenyataan hidup yang harus kita pahami. Memiliki banyak sisi, sisi yang lain adalah sisi yang nyaman di pandang, sisi dimana orang-orang bersama keluarganya berkumpul, memiliki baju baru, makanan dll. Sisi yang lain adalah sisi dimana seseorang yang telah tua sedang menunggu kedatangan anak-anak mereka, ada yang dinantikan pada akhirnya datang namun ada juga yang tidak. Ada sisi yang menganggap bahwa hari ini adalah biasa-biasa saja ada yang menganggap hari ini adalah hari yang sangat mulia, ada yang merayakan hari ini dengan arak-arakan obor ada yang merayakan hari ini ditengah bombardir bom. Aku terus menangis mengingati ini semua, aku tahu bahwa inilah kenyataan hidup, pahit manisnya semua ini semata-mata hanya Allah lah yang tahu rencana sesungguhnya. Kemudian aku berhenti menangis, dan aku mengatakan pada diriku sendiri bahwa apapun yang akan terjadi, aku tetap harus semangat menjalani hidup, mengejar cita-citaku sebagai dosen, menyelesaikan pendidikan S2 ku, menjadi pengantin dan ibu, menjadi anak yang solehah, selalu mengingati Allah dan segala perintah-Nya. Aku terus memotivasi diriku sendiri, adapun jika selama berjalan menuju itu semua tetapi Tuhanku berkendak lain, maka itulah takdirku. Kemudian aku berdo'a dan tidur, berharap aku masih bisa bangun di esok hari untuk melakukan Sholat Ied bersama keluarga dan umat, untuk mendoakan semua keluarga dan umat, untuk bersilaturahim dan saling memohon maaf kepada seluruh keluarga dan umat.


Subuh, 17 Juli 2015, 1 Syawal 1436 Hijriah
Aku melihat danau yang sangat luas, danau itu bersih dan sejuk, hamparan padang rumput hijau nan elok, seluruh langit putih cerah, aku tersenyum melihat ini semua, kemudian aku berjalan ke arah danau bermaksud untuk menyentuh airnya, namun danau itu semakin menjauh, aku bingung, aku terus mengejar danau itu, aku meyakinkan diriku bahwa aku bisa mengejarnya dan menyentuh airnya, namun aku lelah, aku berhenti sejenak dan dalam hatiku bertanya, "sesungguhnya dimanakah aku, kenapa di tempat yang indah ini hanya ada aku". Kemudian sayup sayup aku mendengar suara takbir, awalnya suara itu kecil, aku berjalan mendekati sumber suara itu, aku berjalan menuju danau lagi, suara takbir itu semakin jelas, aku bertanya lagi dalam hati, "apakah mungkin suara itu bersumber dari dalam air", tanpa berpikir panjang aku berlari menuju danau dan tiba-tiba... Byuuurrrr... sebelum aku menggapai airnya, air itu sudah tumpah sendiri ke wajahku, aku terkejut, dan suara takbir semakin terdengar jelas di telingaku.

Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar...
Laa... ilaa... haillallah... huallahhu... akbar...
Allahu akbar... Walillaahilhamdu...

Kakaakkk banguunn, terkejutlah aku ada air dingin yang menyapu wajahku, rupa-rupanya air danau tadi adalah air dalam gelas yang dicipratkan ke wajahku oleh adik kecilku yang iseng demi untuk membangunkan aku. Ah syukurlah aku masih bisa bangun, dan ternyata yang tadi itu cuma mimpi. hehehe, aku tertawa kecil sambil berlalu jalan keluar menuju kamar mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke masjid melaksanakan sholat ied kemdudian sungkeman dengan orang tua, dilanjut silaturahim ke tetangga-tetangga, barulah setelah itu mudik ceriaaa. Alhamdulillah ^_^

Hanya imajinatif belaka :D :D