Menapaki fajar diatas bukit
Menahan dingin yang menusuk
Menyeka bibir yang bergetar
Tak peduli lagi dengan semua itu
Terhasut angan tuk memandang keindahan dibalik awan
Yang lebih indah dari yang terindah
Yang lebih anggun dari yang teranggun
Yang mampu melebur kesakitan hari-hari sebelumnya
Yang menjadikan kerasnya es mencair, menetes, mengalir
Menapaki fajar diatas bukit
Menuju Ukir dibawah lereng Buthak
Melewati berjuta lekuk tanah diantara tebing-tebing dan dedaunan hijau
Aku tersenyum, bersyukur, melihat ke'anggun'an ini, ke'agung'an ini
Aku rasa, tidak hanya aku
Surya yang masih malu-malu untuk menampakkan dirinya pun ikut tersenyum
Surya yang masih malu-malu untuk menampakkan dirinya pun ikut bersyukur
Bersyukur,
Alam ini masih terjaga
Hati ini masih terjaga
Fajar bersama "Mu"
Sebuah awal kisahku bersama "Mu"
Sirah Kencong, 10.10.15
Menahan dingin yang menusuk
Menyeka bibir yang bergetar
Tak peduli lagi dengan semua itu
Terhasut angan tuk memandang keindahan dibalik awan
Yang lebih indah dari yang terindah
Yang lebih anggun dari yang teranggun
Yang mampu melebur kesakitan hari-hari sebelumnya
Yang menjadikan kerasnya es mencair, menetes, mengalir
Menapaki fajar diatas bukit
Menuju Ukir dibawah lereng Buthak
Melewati berjuta lekuk tanah diantara tebing-tebing dan dedaunan hijau
Aku tersenyum, bersyukur, melihat ke'anggun'an ini, ke'agung'an ini
Aku rasa, tidak hanya aku
Surya yang masih malu-malu untuk menampakkan dirinya pun ikut tersenyum
Surya yang masih malu-malu untuk menampakkan dirinya pun ikut bersyukur
Bersyukur,
Alam ini masih terjaga
Hati ini masih terjaga
Fajar bersama "Mu"
Sebuah awal kisahku bersama "Mu"
Sirah Kencong, 10.10.15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar